Santer terdengar headline dalam dunia pendidikan kita di indonesia dimana munculnya suatu gebrakan dimana mereka menjunjung stinggi-tingginya nilai kejujuran ketimbang nilai dalam suatu kelulusan dalam sistem pendidikan. Kasus dari SDN Gadel II Surabaya (kebetulan tidak jauh dari rumah saya) memperlihatkan pada kita apa yang telah ditanam oeh sistem maka seperti itulah hasilnya. Saya sendiripun pernah merasakan seperti apa ketika dihadapkan oleh beragam ujian tulis pada saat anda sekolah dahulu. Pusing? Stress? Ya kira-kira seperti itulah rata-rata yang mereka rasakan. Mereka dituntut untuk bisa lolos dari ujian tersebut tanpa harus mengecawakan pihak keluarga yang mengharapkan dia lulus. Sungguh sangat ironi trauma yang terjadi pada siswa-siswa khususnya yang terjadi di SDN Gadel Surabaya tersebut. Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan di Indonesia, saya rasa hal tersebut sudah mengakar kuat di semua kalangan siswa dan yang menjadi momok adalah tuntutan untuk lulus unas. Kasihan mereka meninggalkan kejujuran mereka hanya demi selembar kertas bertuliskan lulus. Apalah arti sebuah kertas jika itu tidak diperoleh secara jujur.
Meskipun saya tahu terkadang jujur itu menyakitkan namun sadarlah bahwasanya itu merupakan bentuk tanggung jawab ketika anda menghadap sang kuasa. Semoga kasus tersebut menjadi pelecut untuk membangun kejujuran di negeri ini.